Rabu 4 Mei 2011 lalu, Yusra tampak terserang batuk , badan panas tinggi sekali mencapai 39derajat. Diusia yang ke 6 tahun ini dia termasuk anak yang sangat mandiri dan tidak pernah mengeluh.Sepanjang siang dia tetap melakukan aktifitas seperti biasa dirumah, hanya saja tidak mau berangkat sekolah. Capek katanya .
Baru menjelang malam wajahnya sangat merah dan lesu, ditanya yang sakit dimananya, dia tetap bilang ndak papa. Karena batuknya lumayan parah, kami masih meyakini itu radang tenggorokan.
Sudah bertahun tahun kami tidak menggunakan jasa dokter apalagi meminum obat antibiotic, kecuali dalam keadaan darurat dan mendesak, semoga tidak pernah ya... :)
Apalagi Yusra sejak kecil memang bisa kami bilang tidak pernah meminum antibiotic.Karena itu kekebalan tubuhnya lebih kuat dibanding kakak-kakaknya . Jadi kali terkena serangan radang (jarang terjadi) dia cukup kuat menahan rasa nyeri di badannya. Sejak dari sore dia sudah kami berikan Tahitian Noni dan Alfalfa secara bergantian, Alhamdulillah sugesti dia terhadap kedua macam herbal ini sangat bagus, sehingga mempercepat proses penyembuhannya.
Walau pada malam hari ketika waktunya tidur , suhu badannya meningkat drastis hingga mengigau dan meracau , gelisah berpindah dari kamarnya ke kamar kami bolak balik kebingungan, kami hanya mengikuti saja dia mau kemana, karena memang dia tidak menangis sama sekali. Akhirnya kami terpaksa memberinya parasetamol dengan dosis ringan.
Bahkan saking gak tahannya dia, diluar sepengetahuan kami, sekitar jam 3 dini hari, dia mandi, hiks… untung tidak terjadi apa apa sama dia ya… dua kali kami kecolongan saat dia mandi itu… saking mandirinya tuh anak… duh rasa sakitnya dia atasi sesuai pola pikirnya, kalo kepanasan ya mandi… hehe
Itu terjadi sampai kamis malam, setiap jam kami pantau, kalo panasnya masih tinggi dan kurang cairan . Melihat kondisinya memang kami takut dia terkena typus atau DB… semoga tidak ya…
Jum’at pagi kami sudah sepakat kalo masih panas, siangnya kami harus bawa ke Laboratorium untuk cek darah , memastikan apakah dia terkena virus yang berbahaya atau tidak. Sekitar jam 07.00 jumat pagi, badannya masih terasa panas, wajahnya masih merah dan bibirnya kering pecah-pecah dan merah seperti anak sakit panas dalam. Batuknya kering sekali euyy…
Kami bilang ke dia, “ ayuk Cha kita ke dokter ya!
“ Gak mau ah! “ Jawabnya
“ Ya udah kalo ndak kamu harus habiskan bubur ini, trus minum Noninya lagi, minum air putihnya yang banyak. Kalo tidak mau, ya terpaksa di bawa kedokter , OK!... “
OK ! ... jawabnya sembari membuka mulutnya lebar lebar menelan bubur sesuap demi sesuap.. Alhamdulillah habis…
“ Noninya belum minum bu, mana dong !”.. ho ho…
Ini semakin meyakinkan kami, bahwa sugesti dan semangat penderita untuk sembuh adalah obat paling mujarab. Sementara obat-obat dan media lainnya adalah sarana pendukung saja.
Subhanallah, gak tau itu efek dari kalimat mau dibawa ke dokter atau karena dia mau makan, atau efek dari NONI… tapi sampai hari sabtu ini dia sudah tidak panas lagi, bibirnya sudah tidak pecah-pecah dan merah lagi, Jumat sore dia sudah melahap chicken katsu, secara kalo bibir lagi pecah gitu sakit memakannya bukan? , dan... tadi siang pun dia mampu menghabiskan semangkuk mie ayam… hehehe
Dan malam ini , dia sudah pecicilan becanda dengan kakaknya guling –gulingan gak karuan , cekikikan ..duh ramenya…. Buh byuh…
Tapi kami belum girang, tetap kami pantau kondisinya sampai 7 hari masa inkubasi… semoga benar benar sembuh… aamiin J.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar