

“ bu hari ini si R ulang tahun loh” kata della via chat
“ iya ibu dah tahu kok”
“oya?”
“ Ya iyalah… kan kamu disave ke alarm hape ibu…idiih norak deh mbak”
“ Gak papa kali bu,” qiqiqiiqi.. balas nya…
“ Bu , jangan lupa bilangin bapak ya, kalo mantunya ulang tahun”….
Duh,… percakapan aneh ya, mengingat dela masih umur 13 th. Dan situasi seperti itu memang sengaja kuciptakan… keterbukaan…
Padahal kenyataan situasi sebenernya, dengan si R ini della pun gak kenal… paling intip intip di balik jendala kalo anaknya lewat….
“ emang mana sih mbak anaknya? Ganteng gak?.... hmmm
“Ah… biasa aja gitu….” (provokasi he he he)
“ Ada kali mbak yang lebih ganteng….”
Setiap orang tua, pasti mendidik anak dengan tujuan agar kelak dewasa menjadi anak yang baik dan berbakti. Percakapan diatas sekilas terkesan ada pergeseran dan terkesan jauh dari agamis.
Yups, harapannya sih, cara ini walau mundur selangkah tapi ada hasil bisa meraih 5 langkah kedepan yang lebih baik. Dengan keterbukaan yang ku ciptakan itu, memposisikan sebagai temen ABGnya dan bisa menjadi tempat curhat yang terbaik. Kenapa?
Karena tidak bisa dipungkiri, bahwa fitrah anak usia ABG memang sedang mencari jati diri, rasa ingin tahu hal hal yang baru, dan coba coba. Kalo kita tidak pandai mencari celah dan tidak melakukan pendekatan . Tentunya akan semakin sulit memahami, keinginan dan tingkah polahnya yang terkadang menyesakkan dada.
Dengan cara ini , InsyaAllah jika berhasil tentunya kita bisa multifungsi terhadap anak gadis kita yang sedang puber. Sebaga ibu, teman tempat berbagi sekaligus bisa selalu mengontrol segala hal yang menyangkut perkembangan mereka. Dengan komunikasi ringan anak tidak akan merasa terbebani dengan tugas, nasehat dan pesan pesan sponsor, seperti gak boleh begini, gak boleh begitu, jangan kesana, jangan berteman dengan ini itu.
Sebenernya tidak ada konsep khusus, mesti bagaimana caranya, mengalir begitu saja… setiap anak karakternya berbeda beda. Tentunya pendekatannya berbeda –beda. Anak sering kali memang kuanggap sebagai teman komunikasi. Terkadang situasi yang menimpa kupun ku sharing ke mereka , selama mereka bisa paham kurasa ndak ada salahnya. Setidaknya kuharap mereka bisa belajar menjadi pendengar yang baik bagi banyak orang dan bagi dirinya sendiri. Dan selain itu , agar mereka memiliki pengetahuan social yang lebih luas dan memiliki empati tinggi terhada lingkungan sekitar. Karena itu sangat menenangkan hati.
“ Seru melihat cara ibu berkomunikasi dengan anak anak deh “ kata guru ngaji anak anak suatu ketika
“ Memang kenapa?, sahut ku
“ Bagus loh bu, kok bisa hubungannya seperti temen saja “
“ Masak si, gak ada niat, mungkin karena di kantor biasa berhubungan dengan anak anak dan remaja.. dan mereka memposisikan ku seperti kakak… jadi serasa masih muda aja… he hehe “
Mencoba menerapkan cara Rosul SAW dalam menasehati anak yaitu, pada saat makan, rekreasi dan sakit. Subhanallah ternyata sangat efektif, memang suasana pada momen tersebut , sangat berpengaruh , bisa lebih terbuka, tenang dan sejuk. Sehingga anak anak leboh bisa mengungkapkan dengan leluasa semua yang ada di benaknya. Kuberi kesempatan mereka untuk mengenali diri sendiri , karakter saudara dan orang tua. Jadi kita biasakan mereka mengungkapkan kritikan apabila salah satu anggota keluarga lainnya yang memiliki karakter “ ajaib” he he he…
Mereka bisa dengan terbuka menyampaikan pendapat yang berhubungan dengan karakter bapak dan ibu nya yang disuka dan tidak disuka. Dengan saling mengisi dan member informasi, diharapkan akan tercipta suasana keterbukaan yang membuat anak anak merasa nyaman di lingkungan rumah.
Walau belum se ideal seperti yang di harapkan, setidaknya situasi ini dapat memberikan secercah harapan dan keyakinan. Bahwa suatu ketika bila mereka telah dewasa, apapun problem yang dihadapi.. mereka tahu harus kemana mencari solusi pemecahannya. InsyaAllah……